Senin, September 22, 2014

Hikmah Kematian


Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?
Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Coba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.
Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini: 
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)
Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya.
Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Dimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.
Sementara itu, keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang anda.
Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi anda.
Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.
Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?
Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya - yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.
Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.
Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:
Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)
 Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.
2007-06-11 23:24:25
Sumber: Harun Yahya

Baca Selengkapnya......

Minggu, Juli 28, 2013

Bakti Sosial Ramadhan 1434 H / 27 Juli 2013

Ass. Wr.Wb., Alhamdulillah, Sabtu 27 Juli 2013, Majelis Taklim Nuurun Ala Nuurin, Pondok Pekayon Indah Bekasi Selatan, kembali melaksanakan Bakti Sosial Penjualan Sembako Murah kepada warga kurang mampu di sekitar perumahan. Kegiatan amaliah Ramadhan ini terlaksana atas bantuan, dukungan dan kerjasama seluruh warga Pondok Pekayon Indah RT 09/RW12 baik yang masih tinggal didalam lingkungan perumahan maupun yang sudah tersebar di daerah lain, seperti Ibu Reni Hadi di KL, Malaysia; Ibu Ida Adji di Jawa Timur, Ibu Wulan di Serpong, Ibu Titi Saraswati di Ciputat, Ibu Nia di Kranji, Ibu Endang Lestari di Kemang Pratama dan lain sebagainya. Semoga keberkahan senantiasa diberikan kepada kita semua dan InsyaAllah, semua amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini diterima oleh Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamiin. 

Sebagian dokumentasi kegiatan ini dapat dilihat di: http://www.flickr.com/photos/endangsn/sets/72157634824683762/

 

Baca Selengkapnya......

Sabtu, Maret 09, 2013

Selamat Menempuh Hidup Baru

Photos on Ninda Suhartono's wedding are available on http://www.flickr.com/photos/endangsn/sets/72157632956149001/

Baca Selengkapnya......

Jumat, Maret 08, 2013

Tujuh Kunci Kebahagiaan Perkawinan

Oleh: Syaripudin Zuhri

Pertama, Perkawinan adalah Amanat Allah SWT, maka jagalah amat Allah itu sekuat-kuatnya dan seteguh-teguhnya, karena setan akan berusaha dengan seribu satu macam cara untuk menghancurkan perkawinan tersebut. Inilah ujian terberat dalam kehidupan, mejaga amanah Allah SWT dalam bentuk perkawinan, dan ini memang tidak mudah, banyak sekali orang yang gagal mempertahankannya, karena setan terus saja menggoda pasangan suami istri untuk terjerumus kedalam lembah yang hina dina, yang ujung-ujungnya perceraian. Maka sering dijumpai pasangan suami istri terus saja digoda atau tergoda oleh lingkungan disekitarnya, baik yang berada dalam dunia nyata ataupun dunia maya, ini banyak terjadi gara-gara jaringan social, FB, Twitter dan lain sebagainya, suami istri bisa bubar. Setan memang punyak banyak sekali cara agar suami istri pecah berantakan. Itulah sebabnya pertolongan Allah SWT harus terus menerus dipanjatkan kepadaNya, karena tanpa pertolonganNya pasangan suami istri tidak bertahan lama, bisa bubar di tengah jalan, dan itu tak pandang usia perkawinan, tak ada jaminan yang sudah bertahun-tahun terus langgeng.

Kedua, Perkawinan adalah Sunnah RosulNya yang harus diikuti yang harus diikuti perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap keutuhan rumah tangga, demi terciptanya panji-panji Illahi. Perkara yang satu inipun tak mudah, memang sunnah rosulullah, namun kerena persoalan kehidupan yang terkadang rumit dari segi ekonomi, social, budaya dan lain sebagainya, banyak orang yang tak sempat menjalankannya, bahkan ada yang sampai akhir hayatnya tetap membujang, bukan tak mau menjalankannya, namun berbagai factor menghambatnya menuju kepelaminan. Maka bagi yang sudah berumah tangga, yang sudah menjalankan sunnah rosulNya harus terus menerus dipelihara, lagi-lagi setan berada di sekeliling rumah tangga tersebut, prahara yang terjadi pada sebuah rumah tangga adalah sesuatu yang sangat disukai oleh setan laknatullah, semakin tak bahagia sebuah rumah tangga, setan semakin senang, karena dalam rumah tangga yang tak bahagia adalah pintu terbesar yang dapat dimasuki oleh setan untuk menghancurkan rumah tangga tersebut, maka waspadalah.

Ketiga, Perkawinan adalah bahtera rumah tangga yang melaju di samudera kehidupan yang sangat luas, mengarungi ombak kehidupan menuju Pantai Illahi Robbi yang penuh ridho dan diridhoiNya. Perkara yang ketiga inipun, bukan main susahnya, menuju Pantai Illahi Robbi, pantai yang penuh dengan kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, penuh ridho dan ampunanNya, bagi sebuah rumah tangga di zaman yang kata orang zaman edan ini, sangat besar sekali godaannya, dan repotnya godaan tersebut ada di sepanjang jalan kehidupan rumah tangga, bila tak pandai-pandai meniti buih di tengah gelombang lautan kehidupan ini, bisa saja biduk rumah tangga hancur berantakan ditimpa badai yang dasyat. Pantai Illahi Robbi adalah tempat yang sarat dengan ujian, cobaan, rintangan, halangan dan lain sebagainya, ini harus dilalui oleh pasangan suami istri, yang dari awalnya memang sudah beda, baik watak, sipat, kelakuan, gaya bicara dan lain sebagainya. Maka bila yang ditonjolkan adalah perbedaannya, ini biang komplik! Yang dicari adalah persamaan-persamaan, betapapun kecilnya. Tidak mudah memang, namun bukan berarti tidak bisa! Niat yang tulus ikhlas dalam berumah tangga adalah kunci utama atau perahu yang kokoh untuk terus berlayar dalam lautan yang luas menuju pantai kebahagiaan yang telah disediakan bagi suami istri yang sholeh dan sholeha, bagi suami istri yang beriman dan bertaqwa kepadaNya dan terus menerus menjaganya sampai akhir hayat.

Kempat, Perkawinan adalah simpul yang sangat kuat, karena diikat langsung oleh Kalimat Illahi yang mengikat dua hati, dua jiwa menjadi satu dalam bahtera rumah tangga, dimana sang suami menjadi kepala rumah tangga dan sang istri mendampinginya. Dengan kalimat Illahi suami istri yang tadinya dua manusia yang berbeda satu sama lain, diikat atau disatukan dalam rumah tangga, dengan demikian ikatan ini tak sembarangan, karena ikatannya berupa dua kalimat syahadat yang diucapkan saat ada ijab Kabul diantara keduanya. Dengan ikatan syahadat ini suami istri selalu diingatkan untuk terus menerus memperbaharui keimanan masing-masing. Karena keimanan seperti gerak gelombang, kadang naik, kadang turun, ini memang menjadi ciri keimanan manusia kebanyakan. Keimanan malaikat stabil, lurus terus. Keimanan para rosul naik terus, sedangkan keimanan setan turun terus. Jadi keimanan manusia, dalam hal ini suami istri, berada diantara keimanan yang penuh dengan gerak, dan gerak itu bisa turun dan bisa naik. Untuk itulah sepasang suami istri harus terus menerus saling mengingatkan satu sama lain, agar ikatan perkawinan tersebut tidak putus di tengah jalan. Untuk itu bila terlihat keimanan suami agar kendor, sang istri wajib mengingatkan, begitu juga sebaliknya bila keimana istri merosok karena cobaan atau ujian, sang suami wajib mengingatkan. Jadi kunci saling mengingatkan diantara suami istri itu penting.

Kelima, Perkawinan adalah Taman Illahi, tempat berbagi, bercerita, bercengkrama, bercinta dan berkasih sayang antara suami istri dengan penuh keikhlasan, kesabaran, ketabahan dan kebenaran. Di Taman Illahi ini, taman yang dibangun berupa rumah tangga ini, adalah tempat yang paling indah dalam kehidupan di dunia, karena tak ada kecantikan dunia yang dapat mengalahkan istri yang sholeha. Nah istri yang sholeha bila berada dalam rumah tangga yang sakinah, mawadah, warokhmah merupakan taman yang sangat indah, yang membuat suami kerasan tinggal di dalamnya. Taman Illahi ini memang tak sembarangan, taman ini menjadi indah bila diisi oleh suami istri dan anak yang semua tunduk dan taqwa kepada Allah SWT. Rumah tangga yang penuh denga rasa kasih saying, saling cintai mencintai, penuh dengan keikhlasan dan kesabaran, maka dengan sendirinya taman itu telah terbentuk. Dan uniknya taman ini bukan karena kekayaan harta benda, tapi kaya dengan hati yang lapang. Harta bukan segalanya, namun bagi suami istri yang dapat mengisi taman-taman tersebut dengan penuh senyum, tawa, berbagi dan saling nasehat menasehati dalam kesabaran, maka harta bukan satu-satunya factor kebahagiaan.

Keenam, Perkawinan adalah Karunia Illahi yang diberikan kepada mereka yang mau berbagi kepada sesamanya dalam suka maupun duka, dan yang berusaha menekan egonya sendiri demi kebahagiaan bersama. Karunia Illahi ini benar-benar terasa bagi sepasang suami istri, karena orang-orang yang beriman bila melakukan pernikahan separuh agamanya telah selamat, dan ini karunia yang sangat besar yang telah diberikan pada sepasang suami istri. Karena memang tak semua orang mendapatkan karunia yang besar ini. Hebatnya lagi karunia Allah SWT ini nampak nyata saat melakukan kewajiban suami istri dan itu mendapat pahala! Coba itu, melakukan kewajiban suami istri itu dapat pahala, surga dunia itu diberikan pada sepasang suami istri, halal dan berkah! Dan hal tersebut tak dapat dilakukan oleh orang-orang yang masih bujangan, jangan lupa yang halal.

Ketujuh, Perkawinan adalah Lembaga Illahi yang menaungi jiwa raga suami, istri dan anak, demi terwujud keluarga yang sakinah, keluarga yang penuh ridho dan ampunanNya, keluarga yang penuh lindungan dan rakhmatNya. Yang terakhir ini merupakan lembaga yang sangat baik untuk membina insan-insan yang muncul pada keluarga, karena keluarga adalah lembaga social terkecil, namun yang paling utama dan pertama untuk mendidik anak-anak sebagai generasi masa depan, yang bukan hanya meneruskan terjadinya regenerasi dalam rumah tangga, juga regenerasi bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama. Dengan demikian lembaga Illahi yang telah terbentuk dalam sebuah rumah tangga harus terus menerus dijaga keutuhannya, karena dalam rumah tangga inilah amanah Allah di berikan kepada sepasang suami istri. Amanah Allah ini harus dijaga, dipelihara agar tetap di jalan yang dirihoiNya. Jalan yang penuh ridho dan ampunanNya. Sumber: Era Muslim

Baca Selengkapnya......

Minggu, Agustus 05, 2012

Baksos Ramadhan 1433 H, 5 Agustus 2012

Amaliah Ramadhan 1433 H Majelis Taklim Nuruun Ala Nuurin, Pondok Pekayon Indah berupa penjualan sembako murah kepada warga sekitar sebanyak 200 paket.

Baksos Ramadhan 1433H



Alhamdulillah tahun ini kebagian,Insha Allah tahun depan ketemu lagi ya Nek..

 

Sambutan Ibu Henny Suhartono, Ketua Majelis Taklim


Sebagian ibu-ibu Majelis Taklim Nuurun Ala Nuurin

Seluruh team panitia baksos, lengkap dengan petugas keamanan dan kebersihan

Baca Selengkapnya......

Sabtu, Agustus 04, 2012

6 Persoalan Hidup Menurut Al-Ghazali

Oleh : Yurizal

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu ia bertanya kepada mereka, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi menurut Imam Ghozali yang paling dekat dengan manusia adalah "mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Lihat QS. Ali Imran ayat 185)

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid -muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab dengan jawaban, baja, besi, dan gajah. "Semua jawaban hampir benar," kata Imam Ghozali, "tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 72. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan solat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.

Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri Source: Era Muslim

Source: Era Muslim

Baca Selengkapnya......