Minggu, Februari 06, 2011

Fiqih Prioritas - Dr. Yusuf Qardhawi

PRIORITAS ILMU ATAS AMAL
------------------------

DI ANTARA pemberian prioritas yang dibenarkan oleh agama ialah
prioritas ilmu atas amal. Ilmu itu harus didahulukan atas
amal, karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi arah amal
yang akan dilakukan. Dalam hadits Mu'adz disebutkan, "ilmu,
itu pemimpin, dan amal adalah pengikutnya."

Oleh sebab itu, Imam Bukhari meletakkan satu bab tentang ilmu
dalam Jami' Shahih-nya, dengan judul "Ilmu itu Mendahului
Perkataan dan Perbuatan." Para pemberi syarah atas buku ini
menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksudkan dalam judul itu harus
menjadi syarat bagi ke-shahih-an perkataan dan perbuatan
seseorang. Kedua hal itu tidak dianggap shahih kecuali dengan
ilmu; sehingga ilmu itu didahulukan atas keduanya. Ilmulah
yang membenarkan niat dan membetulkan perbuatan yang akan
dilakukan. Mereka mengatakan: "Bukhari ingin mengingatkan
orang kepada persoalan ini, sehingga mereka tidak salah
mengerti dengan pernyataan 'ilmu itu tidak bermanfaat kecuali
disertai dengan amal yang pada gilirannya mereka meremehkan
ilmu pengetahuan dan enggan mencarinya."

Bukhari mengemukakan alasan bagi pernyataannya itu dengan
mengemukakan sebagian ayat al-Qur'an dan hadits Nabi saw:

"Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan
selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas
dosa orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan..."
(Muhammad: 19)

Oleh karena itu, Rasulullah saw pertama-tama memerintahkan
umatnya untuk menguasai ilmu tauhid, baru kemudian memohonkan
ampunan yang berupa amal perbuatan. Walaupun perintah di dalam
ayat itu ditujukan kepada Nabi saw, tetapi ayat ini juga
mencakup umatnya.

Dalil yang lainnya ialah ayat berikut ini:

"... Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama..." (Fathir: 28)

Ilmu pengetahuanlah yang menyebabkan rasa takut kepada Allah,
dan mendorong manusia kepada amal perbuatan.

Sementara dalil yang berasal dari hadits ialah sabda
Rasulullah saw:

"Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka dia
akan diberi-Nya pemahaman tentang agamanya."2

Karena bila dia memahami ajaran agamanya, dia akan beramal,
dan melakukan amalan itu dengan baik.

Dalil lain yang menunjukkan kebenaran tindakan kita
mendahulukan ilmu atas amal ialah bahwa ayat yang pertama kali
diturunkan ialah "Bacalah." Dan membaca ialah kunci ilmu
pengetahuan; dan setelah itu baru diturunkan ayat yang
berkaitan dengan kerja; sebagai berikut:

"Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah
peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu
bersihkanlah." (al-Muddatstsir: 1-4)

Sesungguhnya ilmu pengetahuan mesti didahulukan atas amal
perbuatan, karena ilmu pengetahuanlah yang mampu membedakan
antara yang haq dan yang bathil dalam keyakinan umat manusia;
antara yang benar dan yang salah di dalam perkataan mereka;
antara perbuatan-perbuatan yang disunatkan dan yang bid'ah
dalam ibadah; antara yang benar dan yang tidak benar di dalam
melakukan muamalah; antara tindakan yang halal dan tindakan
yang haram; antara yang terpuji dan yang hina di dalam akhlak
manusia; antara ukuran yang diterima dan ukuran yang ditolak;
antara perbuatan dan perkataan yang bisa diterima dan yang
tidak dapat diterima.
Lebih lengkap: http://media.isnet.org/index.html