Senin, Januari 26, 2009

Islam Liberal, Israel dan Sifat Munafik

Kisah Abdullah bin Ubay yang membelot pada saat Perang Uhud telah berhasil membuka kedok siapa sosok munafik


Oleh: Arif Munandar Riswanto *


Selama ini kita mungkin sering bertanya-tanya, bagaimana sikap yang harus kita berikan kepada orang-orang seperti Luthfi Assyaukanie atau Ulil? Karena, secara fisik, mereka mengaku Muslim. Mereka shalat, puasa, dan haji. Bahkan, mereka banyak yang lahir dan besar dari pondok pesantren. Namun, meskipun begitu, mereka justru banyak memudharatkan umat Islam. Kemudharatan yang ditimbulkan dari orang-orang seperti itu lebih banyak daripada manfaatnya.

Pada hari Selasa tanggal 13 Januari 2009, Metro TV menayangkan acara Today's Dialogue dengan tema jihad melawan Israel. Dalam acara tersebut hadir empat nara sumber, yaitu Teuku Faizasyah (Jubir Departemen Luar Negeri), Ismail Yusanto (Jubir Hizbut Tahrir Indonesia), Luthfi Assyaukanie (Koordinator Jaringan Islam Liberal), dan Luthfi Hasan Ishaq, Ketua Badan Hubungan Luar Negeri DPP-PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Hal yang menarik dari acara diskusi tersebut adalah komentar-komentar Luthfi Assyaukanie. Sebagai umat Islam, kita pasti akan sangat geram jika mendengar komentar-komentarnya. Luthfi menyebutkan bahwa alasan mengapa Israel tidak mau berunding dengan Hamas, karena Israel menganganggap Hamas sebagai "teroris" dan tidak mewakili sebuah negara. Hamas bukan institusi negara sehingga Israel tidak mau duduk berunding satu meja dengannya.

Luthfi kemudian menegaskan bahwa dunia Islam, terutama negara-negara Timur Tengah, harus melakukan perundingan dengan Israel melalui Jordan atau negara Islam lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Dia pun memberikan saran bahwa diplomasi adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan agresi biadab Israel. Ketika salah seorang pembicara berkata bahwa negara-negara Arab dan Islam harus bersatu, Luthfi justru menyanggah bahwa negara-negara tersebut tidak mungkin bersatu. Luthfi seolah-olah tidak menginginkan jika umat Islam bersatu.

Tak hanya Lutfi, seorang dedengkot Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Abshar Abdala dalam sebuah posting di Islam Liberal yang juga banyak beredar di berbagai milis, sangat terang-terangan menyalahkan Islam, terutama Palestina. Sementara di pihak lain, Ulil seoalah "menerima" pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel.


"Yang mengganggu saya adalah umat Islam saat ini protes dengan begitu gigihnya terhadap pencaplokan Israel atas tanah Palestina, tetapi tidak pernah sedikitpun terganggu dengan masa lampau mereka yang penuh dengan agresi dan aksi pencaplokan pula. Apa yang diambil Israel saat ini dari tanah Palestina tak ada apa-apanya dibanding dengan luasnya wilayah yang ditaklukkan oleh umat Islam di masa lampau," [Ulil Abshar, dalam postingan berjudul, "Sejumlah Pertanyaan Sederhana", milis Islamliberal]

Orang-orang seperti Luthfi atau Ulil mungkin lupa atau sengaja melupakan bahwa penjajah harus diusir dari tanah yang dijajahnya. Mereka-merek ini, seolah-olah ingin menghilangkan keberadaan sejarah Umar bin Khathab, Khalid bin Walid, Abu Ubaidah bin Jarah, Shalahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih, Nuruddin Zanki, Sultan Hasanudin, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, dll.


Jika Luthfi setuju dengan sikap Barat yang selama ini menganggap Hamas sebagai "teroris", berarti orang-orang yang berhasil mengusir penjajah tersebut pun berhak disebut dengan "teroris".

Selama ini kita mungkin sering bertanya-tanya, bagaimana sikap yang harus kita berikan kepada orang-orang seperti Luthfi Assyaukanie atau Ulil? Karena, secara fisik, mereka mengaku Muslim. Mereka shalat, puasa, dan haji. Bahkan, mereka banyak yang lahir dan besar dari pondok pesantren. Namun, meskipun begitu, mereka justru banyak memudharatkan umat Islam. Kemudharatan yang ditimbulkan dari orang-orang seperti itu lebih banyak daripada manfaatnya.

Al-Quran dan Rahasia Ciri Munafik

Dalam sejarah, kita teringat pada kisah Abdullah bin Ubay yang membelot pada saat Perang Uhud. Peperangan tersebut telah berhasil membuka kedok siapa sosok munafik tersebut sebenarnya.


Allah Ta'ala berfirman, "Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan,"Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)." Mereka berkata,"Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu." Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan (QS 3:167).


Nifak adalah mengucapkan dengan lisan, melaksanakan dengan perbuatan, tetapi mengufuri dengan hati. Dengan kata lain, simbol iman tetapi hati kufur. Dan, sifat tersebut bisa kita dapatkan pada orang-orang di zaman seperti ini. Yang membedakan hanya waktu dan tempat. Abdullah Ubay hidup di Madinah pada zaman Nabi, sedangkan munafik zaman sekarang bisa hidup dan tinggal di mana saja, termasuk di lingkungan kita.


Kita tidak perlu tertipu dengan shalat, puasa, haji, pendidikan, dan simbol-simbol keislaman yang selama ini mereka praktikkan. Menurut Al-Quran, karena, simbol-simbol tersebut tidak pernah menambah iman sedikit pun bagi mereka. Meminjam istilah Hamid Fahmy Zarkasyi, orang-orang seperti itu memahami makna tauhid tetapi tidak tahu berpikir tauhidi. Imannya tidak didukung oleh akalnya sehingga ilmunya tidak menambah imannya. Muslim tapi worldview dan framework berpikirnya tidak.


Di dalam Quran surat At-Taubah, Allah telah menjelaskan dengan panjang lebar dan sangat rinci berbagai sifat orang-orang munafik. Barangkali, dengan bekal ini, di zaman sekarang, sifat-sifat tersebut bisa dilihat pada orang-orang yang mengaku dirinya sebagai seorang Muslim.
Di bawah ini, ada 21 ciri sifat-sifat orang munafik yang disebut dalam surat At-Taubah:


1. Meminta izin untuk perang dalam keadaan hati yang penuh keraguan dan kebimbangan [QS 9: 45].
2. Jika ikut berperang, orang munafik hanya menambah kekacauan barisan umat Islam [QS 9: 47].
3. Orang munafik tidak senang jika umat Islam mendapatkan kebaikan dan senang jika umat Islam mendapatkan bencana [QS 9: 50].
4. Orang munafik melaksanakan shalat dengan penuh rasa malas dan memberikan donasi dengan terpaksa [QS 9: 54].
5. Orang munafik bersumpah dengan menggunakan nama Allah bahwa mereka termasuk ke dalam golongan umat Islam. Namun, Allah menerangkan bahwa mereka bukan golongan umat Islam [QS 9:56].
6. Jika peperangan terjadi, mereka akan mencari goa dan lubang sebagai tempat persembunyian [QS 9: 57].
7. Menghina tentang sedekah, infak, zakat, dan donasi. Namun, jika diberi bagian, mereka akan senang dan jika tidak diberi bagian mereka akan marah [QS 9: 58].
8. Menyakiti Nabi dengan berkata bahwa Nabi memercayai segala hal yang didengarnya, tanpa pernah melakukan check and recheck antara yang valid dan invalid hal yang didengarnya tersebut (QS 9: 61).
9. Bersumpah dengan nama Allah untuk mendapatkan simpati umat Islam [QS 9: 62].
10. Orang munafik takut jika ada ayat yang menerangkan segala hal yang ada di dalam hati mereka [QS 9: 64].
11. Mempermainkan ayat-ayat Allah seenaknya (QS 9: 65).
12. Orang munafik laki-laki dan perempuan selalu menyuruh kemungkaran, melarang kebaikan, kikir, dan melupakan Allah (QS 9: 67).
13. Selalu bersumpah dengan menggunakan nama Allah dan mengeluarkan statement yang mengandung kekufuran. Hal tersebut menyebabkan mereka kufur dari Islam (QS 9: 74).
14. Mereka berjanji, jika diberikan karunia oleh Allah, mereka akan bersedekah dan menjadi orang-orang saleh. Namun, janji tersebut adalah dusta (QS 9: 75-76).
15. Menghina orang Islam yang bisa dan tidak bisa memberikan bantuan sedekah (QS 9: 79).
16. Senang untuk tidak berjihad dengan harta dan nyawa. Dalih yang dikatakan oleh mereka adalah, jangan perang pada hari yang panas (QS 9: 81).
17. Jika ada ayat yang memerintahkan untuk beriman dan berjihad mereka lebih suka untuk duduk (QS 9: 86).
18. Lebih suka untuk tinggal bersama orang-orang yang tidak berjihad (QS 9: 87).
19. Jika umat Islam kembali dari medan perang, orang munafik mengeluarkan apologi tentang alasan mereka yang tidak ikut serta dalam jihad. Apologi tersebut disertai dengan menggunakan sumpah dengan nama Allah (QS 9: 94).
20. Ada juga orang munafik yang mengakui kesalahan sendiri. Orang seperti ini telah mencapurkan perbuatan yang baik dengan yang buruk (QS 9: 102).
21. Orang munafik selalu membuat lembaga dan yayasan tempat mereka bernaung. Namun, Allah menyebut lembaga dan yayasan tersebut sebagai tempat dhirar. Tujuan dari tempat tersebut adalah untuk memecah belah umat Islam serta membantu orang-orang yang memerangi agama Islam. Mereka bersumpah bahwa yayasan dan aktifitas mereka adalah untuk kebaikan. Namun, Allah menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang berdusta (QS 9: 107).


Itulah beberapa sifat orang munafik yang telah diterangkan oleh Al-Quran dengan sangat gamblang. Orang-orang seperti itu adalah duri yang ada di dalam daging umat Islam. Mereka tidak akan pernah memberikan kemajuan dan kemenangan kepada umat Islam. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, umat Islam dilarang untuk memerangi orang-orang munafik. Namun, meskipun begitu, kita jangan pernah mengikutsertakan mereka dalam dalam peroyek-proyek keislaman dan kemanusiaan. Karena, jika diikutsertakan, mereka pasti akan membawa kerugian kepada umat Islam.


Mereka adalah orang-orang yang telah terserang virus wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati. Tidak aneh, karena takut mati, dalam kasus Palestina pun mereka terus-terusan meneriakkan tentang diplomasi sebagai satu-satunya solusi terbaik. Wallahu'alam


*Alumnus Universitas Al-Azhar Mesir dan Staf Pengajar STAIPI (Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam) Garut