Sabtu, Januari 10, 2009

Telepon Siang Ini....

Hari ini, masih seperti hari-hari kemarin, berangkat pagi-pagi sekali, hindari kemacetan Senin. Kalaupun ada yang berbeda, pastinya adalah gambar dan angka tahun pada kalender. Selebihnya masih sama seperti yang dulu.., selalu ada hari Senin, selalu ada tanggal 5 Januari, tapi tidak bahkan belum pernah ada angka 2009. Ahh.., waktu begitu cepat berlalu, tanpa kita pernah tahu kapan akan berhenti, dan tak kan pernah bisa kita kembalikan lagi. Begitu dekat, tapi tak mungkin teraih, sebuah keniscayan yang pasti...

Kemacetan dan kebisingan suara serta kepul asap knalpot, masih juga seperti hari-hari kemarin. Meski banyak orang berteriak lantang soal pemanasan global atau efek rumah kaca, tetap tak ada yang berubah. Mengajak orang untuk melihat perspektif yang jauh, bukanlah hal yang mudah, terlebih ketika sebagian kita masih terasa berat untuk sekedar membuka mata melihat kehancuran dan kerusakan di yang jelas ada depan mata.

Teriknya panas siang itu yang teramat sangat, membuat orang begitu gerah dan sumuk. Sama halnya dengan panasnya pemberitaan serangan Israel yang terus berlangsung di jalur Gaza sejak beberapa waktu lalu, yang membuat gerah dan sumuk orang-orang untuk tidak bereaksi. Sebagian, mungkin dengan alasan dan pembenaran masing-masing, tak perduli dengan situasi ini. Sama halnya dengan orang-orang yang terkungkung dalam ruang penuh pendingin udara, tak ia rasakan panasnya terik mentari diluar sana.

Dan dering telepon selepas makan siang dikantor, membuat ciut nyali yang sejatinya memanglah tidak terlalu besar. Dari seberang, dengan suara yang tenang dan jelas berkata, "Kami dari kelompok Pro Hamas - Anti Israel, akan mendemo didepan gedung, dan melemparkan sesuatu.Tolong sampaikan, Amerika An..ng*" (penuh penekanan pada bagian akhir kata-katanya) Ups.., telepon ancaman rupanya. Ah bukan, mungkin sekedar luapan kemarahan:)

Lagi-lagi masih seperti dulu, tak pernah berubah. Pertikaian, peperangan, penindasan, tak pernah sampai pada titik ujung. Kemarahan, dendam, angkara murka, keserakahan masih terus lahir dan tumbuh semakin besar. Tak ubahnya seperti organisma hidup, yang terus mengalami tumbuh kembang dan beranak pinak.Seandainya semua mempunyai perspektif yang sama pada satu titik, seandainya semua dapat merasakan betapa panas dan teriknya diluar sana. Tentu pemandangan indah dan harmonis terhampar di depan mata. Dan dinginnya ruang berpendingin tentu menjadi lebih nikmat, setelah panas diluar juga terasakan. Semoga, kita bisa melihat segala masalah pada perspektif yang benar dan panasnya api peperangan segera hilang dari ruang-ruang hati yang penuh pendingin.

Bekasi 5 Januari, 2009